Menyibak Rahasia Kantuk

Hari ini dimulai dekat rasa kantuk yang melanda. Wajar sih ya ngantuk, tapi bahaya dong kalo posisinya lagi naik ojek online. Beberapa kali ngantuk banget sampe helm yang saya pakai matuk-matuk helm si bapak pengemudi. Beneran kliyengan banget huhu.

Biar ga ngantuk, ceritanya jadi pengen kepo aja, kenapa sih sering banget ngerasa ngantuk ya? Kalau hari ini sih memang abis begadang semalem. Cuma sering juga tuh, tidur cukup eh pagi-pagi udah nguap aja. Jadi deh mengalihkan kengantukan dengan bergawai tentang “the science of sleepiness” (perhatian: bergawai sambil naik motor juga tidak direkomendasikan ya haha)

Kenapa mengantuk?

Selama ini tahunya ya karena kurang tidur, tubuh tuh juga butuh istirahat. Terus kalau mengantuk menguap, karena tubuh terutama otak sedang kurang oksigen. That’s it.
Nah akhirnya paska melakukan kajian literatur kecil-kecilan (gaya banget ya, bilang aja abis ‘nge-google’, akhirnya jadi tahu beberapa info menarik di bawah ini.

  • Jadwal tidur kita dipengaruhi oleh jam internal tubuh, atau ritme sirkadian. Nah ini udah tahu sih, pernah baca-baca juga tentang jetlag, prinsipnya seseorang bisa ngerasa letih/mengantuk karena perbedaan ritme sirkadiannya dengan kondisi siang dan malam aktual di tempat baru yang zona waktunya berbeda. Ternyata ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa saat pubertas, terjadi perubahan ritme sirkadian, dimana remaja (sekitar usia SMA) akan cenderung memilih tidur lebih larut dan memulai aktivitas lebih siang. Duh pantesan, waktu SMA baru saya mengalami yang namanya tidur di kelas (lah ini bela diri kali ya haha) https://www.acs.org/content/acs/en/education/resources/highschool/chemmatters/past-issues/archive-2014-2015/the-science-of-sleep.html
  • Untuk yang pernah naik pesawat jarak jauh dan pindah zona waktu, mungkin pernah melihat pramugarinya tutup jendela pesawat padahal masih terang, supaya penumpang bisa tidur dan menyesuaikan ritme sirkadiannya. Nah ternyata, ini karena pada saat kita tidur, akan diproduksi senyawa melatonin yang mana sensor sintesisnya sendiri ada di retina mata. Ketika ada cahaya, tubuh menganggap ‘masih siang/belum waktunya tidur’. Padahal di saat yang sama, saat kita bangun, tubuh kita juga memproduksi adenosine yang dalam jumlah tertentu akan menginduksi diri kita untuk tidur. Selama tidur, adenosine akan dihancurkan sendiri oleh tubuh. Kebayang gak, misal pas saatnya kita harus tidur, kita masih buka gadget jadi melatonin belum diproduksi. Padahal tubuh kita terus menghasilkan adenosin makin banyak. Hasilnya pas abis tidur, adenosin belum abis semua, jadilah kita masih ngantuk. Maknya ada yang bilang kalau tidur malam tidak bisa digantikan, wong masih ada hutang menghabiskan adenosine yang belum terbayar. https://www.howsleepworks.com/how_homeostasis.html
  • Yang menarik juga, ada lho yang namanya segmented sleep. Jadi misalnya, rekomendasi waktu tidur untuk orang dewasa itu 8 jam. Nah, ini sebenarnya, bukan berarti harus dicapai penuh misal dari jam 9 malem sampai 5 pagi lho. Prinsip segmented sleep, justru tidur beberapa jam, kemudian bangun, lalu tidur lagi. Dan bisa ditambah dengan tidur di siang hari. Saat bangun ini, perlu dilakukan aktivitas minimal 1.5 jam baru seseorang bisa tidur lagi. Pada jam bangun, kondisi seseorang sangat bagus lho, performa tubuh juga optimal. Dan katanya,segmented sleep inilah cara orang-orang dahulu tidur, sebelum masuk era industrialisasi. Saya sendiri sempet terpukau saat baca ini, teringat kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah tidur yaitu sholat malam. Dan ternyata, ada periode (kurleb jam 03.00-04.30) dimana seseorang akan mengalami ngantuk luar biasa karena adanya produksi progesteron besar-besaran. Hm, mungkin ini kenapa ada sunnah tidur sejenak antara shalat sunnah fajar dan subuh ya. Tapi perlu dipelajari juga sih terkait ini karena segmented sleep sendiri masih menuai pro dan kontra di kalangan para ahli. Dan ketika seseorang ingin menerapkan segmented sleep, harus siap dengan rasa lelah/ngantuk sementara sebagai pengaruh dari perubahan ritme sirkadian. (https://www.polyphasicsociety.com/polyphasic-sleep/overviews/segmented-sleep/amp/, https://www.nytimes.com/2016/04/03/magazine/letter-of-recommendation-segmented-sleep.html)

Jadi intinya? Yang jelas, untuk mengurangi ngantuk, saya harus tidur tepat waktu, mengurangi gadget sebelum tidur, saat siang sebisa mungkin terpapar matahari/cahaya, merapikan jadwal makan (ini bisa mempengaruhi ritme sirkadian juga lho), dan jika ingin lebih produktif, daripada begadang, mending lakukan segmented sleep. Dan jangan ngutang tidur. Kalo dipikir-pikir, solusi ini kayaknya saya udah tahu ya, tapi mana eksekusinya? *Seringkali jadwal emak-emak sulit diprediksi ya

Selamat tidur (eh?)

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

Leave a comment