Mengamati Bintang pada Anak-anak Kita

Kita semua adalah bintang. Anak-anak yang terlahir ke dunia adalah anak-anak pilihan, para juara yang membawa bintangnya masing-masing. Tapi jika orang tua lebih banyak mengeluh, anak beginilah, begitulah, maka kemana bintang-bintang itu bersemayam?

Refleksi petualangan zona 4

Jawabannya adalah bintang itu tetap berada disana. Namun kita terlalu sering menengok kanan dan kiri, hingga bintang di pelupuk mata tak tampak. Bintang itu adalah kekuatan diri, yang sering kali tak terlihat karena kita terlalu sering membanding-bandingkan.

Nah, inilah yang menjadi fokus utama dari zona 4 kelas Bunda Sayang 7 Ibu Profesional ini. Dengan menggunakan tools analisis bakat yang bisa dipilih masing-masing (Talents mapping (ST30), kecerdasam majemuk, STIFIn, dan lain-lain), kami diminta untuk mengobservasi partner yang dipilih selama dua belas hari. Selain analisis kekuatan, kami juga diminta untuk mengamati output dari aktivitas tersebut dalam kacamata 4E (Enjoy, Easy Excellent, Earn).

Sedikit kilasan materi yang disampaikan oleh Kakawi Deka dan Kakawi Restu

Untuk partner, kami dibebaskan memilih bisa diri sendiri, anak, pasangan, dan lain-lain. Asalkan konsisten selama 12 hari. Nah, untuk tantangan kali ini saya memutuskan untuk memilih anak-anak sebagai partner observasi saya. Karena bagi saya, mereka inilah yang paling perlu untuk diobservasi agar kekuatannya bisa dipupuk dan berkembang. Sementara saya rasa diri saya dan suami sudah tua dewasa dan sedikit banyak memahami kekuatan masing-masing, walau kadang dikaburkan oleh keadaan.

Saya terkejut karena ternyata saya menikmati mengerjakan tantangan ini lebih dari yang saya duga sebelumnya. Semua tahap dari mulai perencanaan kegiatan, tahap observasi, dokumentasi, intip-intip contekan catatan ST30 untuk mengonversi catatan observasi ke dalam bahasa bakat, mendesain semua catatan ke dalam template aplikasi Canva, mengunggah desain ke Instagram sambil memikirkan caption yang sesuai, sampai menyetor bukti setoran ke form yang telah disediakan. Semua tahapannya yang dilakukan secara linear dan konsisten selama 12 hari, membuat saya juga merasa accomplished setiap harinya dan menemukan bintang diri sendiri pada akhirnya. Dan alhamdulillah, karena setiap hari buka catatan ST30 untuk memastikan bahwa label bakat yang saya pilih sudah tepat, akhirnya saya juga dapat menjawab kuis yang disediakan kakawi dengan baik dan meraih top score. Sekali cari bintang, dua tiga bintang teraih. Alhamdulillah

Semoga pengerjaan tantangan kali ini menjadi fondasi yang kuat bagi saya untuk melakukan observasi bintang anak-anak saya untuk ke depannya. Semangat terus sampai akhir 🙂

#refleksipetualangan#tantanganzona4 #kitasemuaadalahbintang #bundasayangbatch7 #institutibuprofesional #semestakaryauntukIndonesia

Sumber Ide Kegiatan bersama Balita di Rumah

Salah satu kegiatan anak di rumah

Menjadi ibu di zaman sekarang memang perlu strategi. Kini ibu semakin paham bahwa permainan bagi anak tidak hanya untuk menyibukkan diri, melainkan perlu mengandung muatan edukasi. Kita juga sudah mulai melek akan bahaya gawai yang kerap membuat candu, tapi sering mati gaya untuk mencari ide bermain (itu mah saya). Nah, berikut saya tampilkan beberapa sumber dan sarana bermain anak yang saya gunakan untuk kedua balita saya.

1. Open Ended Toys

Apa itu open ended toys? Sederhanya, open ended toys adalah mainan yang bisa dimainkan dengan berbagai cara oleh anak dan dapat disesuaikan dengan ide imajinasinya. Jadi anak-anak gak gampang bosan memainkannya, tau banget kan sama kebiasaan balita yang satu ini. Biasanya yang tergolong mainan ini adalah mainan kayu ala Montessori, seperti yang bisa dilihat disini. Tapi dengan definisi ini, tentu bukan hanya mainan kayu yang termasuk ya, melainkan juga balok, lego, dan mainan lain yang bisa dikembangkan menjadi berbagai macam permainan untuk anak. Ini akan sangat membantu mengembangkan imajinasi anak-anak. Ibunya juga tidak perlu repot ber-DIY (do it yourself) atau mendampingi anak untuk menginstruksikan cara pakainya. Kekurangannya? Perlu merogoh kocek lebih dalam untuk membelinya, apalagi untuk bahan-bahan dengan kualitas material yang bagus. Tapi tenang, Bunda juga bisa berkreasi dengan barang yang ada di rumah, kok. Perabotan dapur adalah salah satu open ended toys yang menjadi favorit anak-anak lho (kalau ada kerusakan, mohon maaf saya tidak menanggung tapi ya).

Peralatan dapur yang bisa digunakan sebagai open ended toys

2. Activity Book

Selain mainan, yang bisa dijadikan ide bermain untuk anak adalah activity book. Seperti open ended toys, Bunda juga tidak perlu repot ber-DIY, walau biasanya tetap perlu mendampingi anak-anak dalam memahami instruksi dari activity book itu. Kegiatannya ada bermacam-bermacam, sehingga perkembangan anak yang bisa terasah pun beraneka ragam. Ada mencocokkan gambar, mencari perbedaan, mencari jalan, tracing huruf maupun angka, menjahit, menempel, mewarnai dan lain-lainnya. Biasanya buku yang harganya lebih murah hanya bisa digunakan satu kali pakai, dan sebaliknya yang bisa digunakan berulang (misalnya buku wipe and clean) harganya lebih mahal. Jadi bisa disesuaikan dengan bajet masing-masing.

Contoh activity book: color with stamp

3. Pinterest

Beli activity book terlalu mahal? Nah mencetak sendiri dengan template dari pinterest bisa jadi alternatif. Tentu modalnya perlu ada laptop/komputer, internet, printer (yang ada tintanya) dan kertas. Karena anak saya senang mencari perbedaan, mencari jalan, serta mewarnai, maka kata kunci pinterest saya akhir-akhir ini adalah “find the difference printable for kids”, “maze printable for kids”, “coloring pages for kids”. Nah untuk ibu-ibu yang senang ber-DIY, lebih banyak lagi inspirasi yang bisa di-ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari situs pinterest ini. Saya juga sering mencetak template puzzle dan aneka kerajinan DIY sederhana yang bisa dilakukan di rumah dari situs pinterest ini.

Contoh hasil karya anak dengan template dari pinterest

4. Buku

Sumber lengkap yang bisa diintip kapan saja tanpa modal kuota internet? Tentu saja buku jawabannya. Ada beberapa buku yang saya miliki dengan banyak sekali ide bermain bersama anak. Di antaranya adalah Rumah Main Anak karya Julia Sarah Rangkuti, Islamic Montessori karya Zahra Zahira dan Montessori Lab at Home karya Chiara Piroddi. Biasanya ide bermain di buku dituliskan secara lengkap, sistematis, dan disertai keterangan mengenai tahapan tumbuh kembang anaknya. Dan tentunya bisa dilihat kapan saja. Namun kekurangannya bagi saya, kok sepertinya saya banyak malasnya ya untuk praktiknya, hehe. Mungkin karena sudah terlalu dimanjakan dengan teknologi, jadi inginnya mau bermain apa langsung bisa dicari dengan cepat (padahal tinggal buka halaman dari daftar isi ya). Selain itu menyiapkan bahan-bahannya sendiri seringkali PR untuk saya, jadi saya lebih sering mengandalkan kit siap pakai dari sekolah daring (yang akan saya tuliskan selanjutnya).

Beberapa buku dengan ide bermain

5. Sekolah Online

Anak balita sekolah daring? Buat apa? Wkwk, untuk saya jawabannya adalah supaya dapat kit bermain sambil belajar jadi ibunya gak perlu pusing mikir ide, nyari bahan dan ber-DIY. Tinggal bayar (gak tinggal sih ini, wkwk) dan paket belajar akan dikirimkan ke rumah. Saya pernah menuliskan pengalaman saya saat ikut trial Sekolah Murid Merdeka disini dan disini. Setelah 3 bulan menuntut ilmu di SMM, kini anak saya ikut sekolah daring di Bintang Waktu Montessori. Asiknya selain ada ide bermain di rumah, tentu ada interaksi walau secara daring, dan anak pun mendapat feedback dari guru terkait perkembangan anak dan aspek-aspek yang perlu lebih distimulasi di rumah.

Salah satu prakarya di kelas Bintang Waktu Montessori: Membuat Cincau

6. Akun Media Sosial

Nah seperti buku, di media sosial banyak sekali ide kegiatan yang bisa disontek di rumah. Keuntungannya? Tentu tidak perlu merogoh kocek untuk membeli buku, tapi harus stok sabar kalau ibu-ibu lain terlihat lebih rajin dalam mendidik anak dan stok fokus tentunya agar tidak melenceng berselancar mencari hal-hal lain.

Salah satu ide bermain dari akun @quranbasedplay

Nah demikian sumber ide yang selama ini saya gunakan. Bunda-bunda lain, biasanya mendapat ide bermain dimana nih? Yuk berbagi 🙂

Ilmu Berkomunikasi Produktif dengan Anak

Akhirnya 12 hari tantangan komunikasi produktif di kelas Bunda Sayang batch 7 dapat saya selesaikan dengan tepat waktu. Sekarang tibalah waktunya untuk melakukan refleksi mengenai apa yang diperoleh selama mengerjakan tantangan ini. Tapi tunggu, sebelum masuk curhat lebih lanjut, memangnya komunikasi produktif itu apa sih?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan/berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan produktif artinya mendatangkan (memberi hasil, manfaat dan sebagainya). Hm jadi kebayang kan komunikasi produktif artinya apa? Kalau ibu menyuruh anaknya mandi terus anaknya malah ngamuk-ngamuk itu kira-kira komunikasi produktif atau bukan ya? Wkwk, sering banget nih pesan yang disampaikan ibu kepada anak diterimanya berbeda, bukan mendatangkan manfaat malah keributan.

Saya bersyukur banget bisa belajar menerapkan komunikasi produktif secara konsisten melalui tantangan di kelas Bunda Sayang ini. Karena ada tantangan, maka saya pun semakin terdorong untuk mencari ilmu baru agar bisa diterapkan dan menghasilkan perubahan di keluarga, tentu yang ke arah lebih baik. Nah di refleksi kali ini, saya akan membagikan beberapa sumber ilmu yang saya jadikan acuan dalam mempelajari komunikasi produktif. Apa sajakah? Yuk, disimak.

1. Materi kelas Bunda Sayang

Materi primer tentu saya dapatkan dari sesi materi yang dipaparman oleh kakawi Lulu dan kakawi Sugih. Materi yang disampaikan padat dan lengjap, tidak hanya mencakup komunikasi produktif bersama anak, melainkan juga pasangan dan pertner komunikasi lainnya. Beberapa yang saya praktikkan adalah menjaga intonasi, fokus pada apa yang diinginkan dan berikan pilihan.

2. Ilmu dari media sosial

Jaman now, informasi bisa didapatkan dengan mudah, salah satunya melalui media sosial. Beberapa akun instagram saya gunakan sebagai petunjuk berkomunikasi efektif selama tantangan, terutama yang membahas psikologi anak dan ide bermain bersama anak seperti @vijiclinic dan @quranbasedplay. Contoh ide komunikasi yang saya terapkan adalah kontak mata tiga arah serta read aloud Al-Quran dan terjemahannya dalam kegiatan harian.

Akun instagram @v

3. Buku parenting

Studi pustaka hampir mustahil dilakukan tanpa buku kan ya? Nah makanya buku menjadi acuan yang berguna banget bagi saya selama praktik tantangan ini. Buku yang paling sering saya gunakan adalah Enlightening Parenting karya Okina Fitriani. Bukunya super lengkap, dan banyak menyadarkan saya mengenai pila komunikasi dan kelola emosi saya yang selama ini keliru. Tips yang sempat saya aplisikan adalah memuji dan menegur efektif serta briefing and role playing.

4. Guru kelas daring anak

Nah bekal ilmu rasanya tidak lengkap tanpa input dari orang berilmu yang mengobservasi kegiatan kita. Alhamdulillah, guru Alby di kelas Bintang Waktu Montessori rutin memberi saran yang dapat orangtua terapkan berdasarkan observasi dan diskusi dengan orang tua. Karena topik yang didikusikan terakhir adalah sibling rivalry dalam konteks rebutan mainan, jadi yang saya terapkan adalah rapat keluarga dan menyepakati aturan bersama.

Berasa banget dengan adanya tantangan 12 hari ini jadi terbiasa konsisten, lebih terdorong untuk belajar dan merasa semacam ada barrier tambahan yang mengingatkan ‘hayoo dijaga omongannya, lagi praktik komunikasi produktif”. Tambah semangat karena banyak teman-teman yang struggle dalam hal yang sama pula. Semoga konsistensi ini terus terjaga, bahkan hingga kelasnya usai.