Ekspektasi Tanpa Empati

Barusan lagi lanjut baca buku Find Your Focus Zone nya Lucy Jo Palladino. Saat menjelaskan tentang bombardir arus informasi pada otak manusia dewasa ini, beliau mencuplik kisah yang pernah diceritakan oleh sang ibunda.
Diceritakan ada seekor keledai milik pria tua yang selalu bekerja keras.
Karena kerja keras keledainya tersebut, sang pria tua pun penasaran apakah sang keledai masih bekeeja keras ketika makanannya dikurangi setengah porsinya. Ternyata sang keledai tetap bekerja dengan rajin. Pria tua itupun tentu senang karena pengeluaran makanan untuk keledainya berkurang. Kemudian ia kurangi lagi porsinya setengahnya, dan ia kurangi lagi. Sampai suatu hari, ia berseru dengan terkejut, “Ketika porsi makan keledaiku ku kurangi sampai habis, tiba-tiba dia mati!”

Kejadian seperti ini terasa familiar gak sih? Ketika sesuatu mencapai ekspektasi kita, kita cenderung menuntut lebih. Standar pun tanpa terasa terus naik, sampai tanpa disadari kita standar tersebut sudah terlalu mencekik bagi pelaksananya.

Duh dia kan jilbabnya udah lebar, masak bacaan Qur’annya masih belang-blentong gitu sih?

Suami kamu kan udah diangkat PNS tuh, kok hidupmu masih ngontrak gini-gini aja?

Dan lain-lain. Layaknya netijen julid, kita terjebak dalam ekspektasi tanpa empati.

Padahal siapa kita, berhak menilai orang lain? Padahal tahu apa kita tentang perguncangan yang dialami seseorang, hingga terburu-buru mengecam?

Kadang, orang memiliki ekspektasi berlebihan terhadap hal yang gak pada tempatnya juga ia menetapkan standar. Paling sering, melihat tokoh dan penggemarnya. Selalu terburu-buru mengecap salah orang yang baru berhijrah, tanpa tahu berapa berat perjuangannya melaksanakan syariah.

Kadang juga ekspektasi itu disematkan pada orang yang memang kita bina. Seperti mungkin orang tua pada anak, atau guru terhadap murid. Ekspektasi adalah normal, karena menjadi bagian dari target pengajaran. Tapi marilah kita berempati, menempatkan diri pada posisi orang lain saat menetapkan suatu standar. Jangan sampai rasa sayang yang dielu-elukan sebenarnya hanya keserakahan dan ego pribadi.

Karena boleh jadi, seperti pria tua tersebut pada kedelainya, harapan yang dibungkus ekspektasi justru ‘membunuh’ orang-orang yang dikasihi.

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

Catatan Bermain Alby (dan catatan untuk Bunda)

Membersamai anak itu banyak tantangannya butuh strategi.

Apalagi buat ibu yang bekerja di ranah publik. Setelah sekian lama terpisah dari anak, tentunya pas bertemu harus jadi momen yang berkualitas dong ya.

Easier said than done.

Untuk saya pribadi, waktu berkualitas itu sulit untuk dikondisikan. Pas pulang sampe rumah, Alby langsung berontak mencari susu Bunda. Setelah disusui dan tenang, Bunda bisa beres-beres sejenak. Selanjutnya, opsinya ada dua: Alby bangun dan Bunda sibuk mencekoki membujuk Alby makan atau malah Alby terlalu lelah untuk bangun hingga esok hari. Semenjak Alby susah makan, rasanya memang fokus saya cenderung ke memberi Alby makan. Sementara untuk bermain bersama Alby, prinsip saya adalah apapun selama Alby senang. Mulai dari dorong-dorongan kardus ala mobil-mobilan, buka tutup botol minum, ngacak-ngacak peralatan dapur, sampai mati nyalain lampu. (Sebenernya yang saya tulis barusan itu permainan bukan ya?)

Sesungguhnya, diri ini maunya punya program bermain yang terencana. Permainan yang bisa menstimulus tumbuh kembangnya dengan baik, memastikan bahwa milestone-nya bisa tercapai tepat waktu. Punya list apa aja yang harus disiapkan, dilakukan dan ada catatan pelaksanaan serta evaluasianya. Pokoknya oke punya (imajinasinya).

Tetapi semakin kompleks impian saya, semakin kecil pula probabilitas impian itu menjadi nyata. Buat memiliki program sesuai tujuan perkembangan kan perlu dasar ya. Belum cari literaturnya, bacanya, merangkum dan menuliskannya. Belum bikin jadwalnya, terus persiapannya… Ah cuma halu.

Bagusnya jaman now, kita bisa minta bantuan pada teknologi. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat unduh Chai’s play. Aplikasinya bagus, banyak rekomendasi permainannya banyak banget, disesuaikan dengan usia anak. Permainannya bervarisi, dari super simpel sampai yang perlu persiapan/buat alat tertentu. Nah kalo yang rada ribet gini suka Bunda sisihkan untuk dilaksanakan di akhir pekan. Tapi seringnya, ditunda artinya adalah tidak sama sekali -__-.

Waktu itu sempet juga dikasih sampel Shimajiro yang kodomo challenge. Menarik banget sih, ada topik edukasi tertentu yang menjadi tema tiap bulan dan permainannya pun interaktif. Tapi setelah dipikir-pikir, Bunda kok meragukan konsistensi Bunda dan Alby ya, secara anaknya masih lebih seneng perkakas rumah tangga daripada mainannya sendiri (dan sayang duitnya kalo tidak dimainkan). Akhirnya tidak jadi berlangganan.

Nah kebetulan hari ini nemu aplikasi permainan baru, Kinedu namanya. Serunya aplikasi ini adalah karena ada pemeriksaan terhadap pencapaian anak di bidang social & emotional, physical, cognitive dan linguistic. Pertanyaan pemeriksaannya sendiri sudah mengacu pada guideline AAP dan WHO. Dari hasil pemeriksaan ini, Kinedu akan meramu agenda permainan yang sesuai untuk menstimulus aspek kemampuan anak berdasarkan hasil pemeriksaannya masing-masing. Asik kan? Namun tidak semua akses ke aplikasinya gratis, ada beberapa fitur yang perlu berbayar.

Untuk hari ini, rencana yang sudah terlaksana barulah mengajari Alby melepas kaos kakinya. Sebenarnya sudah pernah dicoba sih, tapi barusan kita praktikkan berulang-ulang. Tiap berhasil, Alby diberi tepuk tangan dan anaknya jadi senang sendiri. Hanya beberapa kali sih, tak lama kemudian Alby bosan dan dibawa kabur kaos kakinya sambil ditarik-tarik.

Hari ini Alby juga kedatangan majalah Bobo pesanan Bunda. Anaknya sih tertarik banget dengan majalahnya, semangat menunjuk-nunjuk sambil menggumam. Walau gak lama sih, kemudian gemas dan mulai meremas-remas halaman majalahnya. Bundanya yang langsung panik dan membawa kabur majalah yang masih baru tersebut.

Intinya apa yaa haha. Balik lagi kalo bermain bersama anak butuh strategi. Strategi untuk meluangkan waktu, menyiapkan mood anak dan ibu, dan mencari permainan yang tepat supaya anak juga memperoleh keterampilan baru. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dan khusus untuk Bundanya Alby sih, jangan banyak wacana. Mulai dari hal kecil dan jangan banyak mikir.

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

Sajak Hujan

Semoga tak hanya rindu

Yang kau utus jadi pemandu

Kala awan gelap memporakporandakan kasih

Dan tawa kita turut berganti keluh lirih

Semoga tak hanya bisu

Yang bisa kita seru

Kala payung pun tak lagi mampu

Meneduhkan hatimu

Paska hujan menghujam bagai sembilu

Dan meluluhlantakkan rajutan kisahku

Sayangku

Kita hanyalah pengelana kesepian

Yang kemudian menemukan arti bahagia di balik kebersamaan

Harapan setelah kesengsaraan

Pelangi setelah hujan

Sungguh karena Yang Maha Kuasa berkenan mempersatukan

Perangai yang berlawanan menjadi beriringan dalam mahligai pernikahan

Maka tatkala badai

Menghanyutkan memoar indahmu tentang aku

Menyisakan puing kepedihan dalam lubang lukamu

Biarkanlah Ia

Menjadi satu-satunya alasan

Agar kita berhenti mempertanyakan

Mengapa yang terserak harus tetap bertahan dalam satu ikatan

Agar kita bisa tetap menjaga

Kerjap cahaya cinta

Saat ia terlalu redup untuk menjadi pelita

Saat tali yang menghubungkan hatimu padaku

Menjadi terlalu rapuh

Karena hujan yang bergemuruh

Saat itu

Semoga tak hanya damba

Yang memompakan darah pada kisah yang kita bina

Karena sungguhlah kita cuma hamba

Dan hanya pada-Nya

Kita memanjatkan doa

Tambun, 27 November 2018

Efek galau karena hujan

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

Menyibak Rahasia Kantuk

Hari ini dimulai dekat rasa kantuk yang melanda. Wajar sih ya ngantuk, tapi bahaya dong kalo posisinya lagi naik ojek online. Beberapa kali ngantuk banget sampe helm yang saya pakai matuk-matuk helm si bapak pengemudi. Beneran kliyengan banget huhu.

Biar ga ngantuk, ceritanya jadi pengen kepo aja, kenapa sih sering banget ngerasa ngantuk ya? Kalau hari ini sih memang abis begadang semalem. Cuma sering juga tuh, tidur cukup eh pagi-pagi udah nguap aja. Jadi deh mengalihkan kengantukan dengan bergawai tentang “the science of sleepiness” (perhatian: bergawai sambil naik motor juga tidak direkomendasikan ya haha)

Kenapa mengantuk?

Selama ini tahunya ya karena kurang tidur, tubuh tuh juga butuh istirahat. Terus kalau mengantuk menguap, karena tubuh terutama otak sedang kurang oksigen. That’s it.
Nah akhirnya paska melakukan kajian literatur kecil-kecilan (gaya banget ya, bilang aja abis ‘nge-google’, akhirnya jadi tahu beberapa info menarik di bawah ini.

  • Jadwal tidur kita dipengaruhi oleh jam internal tubuh, atau ritme sirkadian. Nah ini udah tahu sih, pernah baca-baca juga tentang jetlag, prinsipnya seseorang bisa ngerasa letih/mengantuk karena perbedaan ritme sirkadiannya dengan kondisi siang dan malam aktual di tempat baru yang zona waktunya berbeda. Ternyata ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa saat pubertas, terjadi perubahan ritme sirkadian, dimana remaja (sekitar usia SMA) akan cenderung memilih tidur lebih larut dan memulai aktivitas lebih siang. Duh pantesan, waktu SMA baru saya mengalami yang namanya tidur di kelas (lah ini bela diri kali ya haha) https://www.acs.org/content/acs/en/education/resources/highschool/chemmatters/past-issues/archive-2014-2015/the-science-of-sleep.html
  • Untuk yang pernah naik pesawat jarak jauh dan pindah zona waktu, mungkin pernah melihat pramugarinya tutup jendela pesawat padahal masih terang, supaya penumpang bisa tidur dan menyesuaikan ritme sirkadiannya. Nah ternyata, ini karena pada saat kita tidur, akan diproduksi senyawa melatonin yang mana sensor sintesisnya sendiri ada di retina mata. Ketika ada cahaya, tubuh menganggap ‘masih siang/belum waktunya tidur’. Padahal di saat yang sama, saat kita bangun, tubuh kita juga memproduksi adenosine yang dalam jumlah tertentu akan menginduksi diri kita untuk tidur. Selama tidur, adenosine akan dihancurkan sendiri oleh tubuh. Kebayang gak, misal pas saatnya kita harus tidur, kita masih buka gadget jadi melatonin belum diproduksi. Padahal tubuh kita terus menghasilkan adenosin makin banyak. Hasilnya pas abis tidur, adenosin belum abis semua, jadilah kita masih ngantuk. Maknya ada yang bilang kalau tidur malam tidak bisa digantikan, wong masih ada hutang menghabiskan adenosine yang belum terbayar. https://www.howsleepworks.com/how_homeostasis.html
  • Yang menarik juga, ada lho yang namanya segmented sleep. Jadi misalnya, rekomendasi waktu tidur untuk orang dewasa itu 8 jam. Nah, ini sebenarnya, bukan berarti harus dicapai penuh misal dari jam 9 malem sampai 5 pagi lho. Prinsip segmented sleep, justru tidur beberapa jam, kemudian bangun, lalu tidur lagi. Dan bisa ditambah dengan tidur di siang hari. Saat bangun ini, perlu dilakukan aktivitas minimal 1.5 jam baru seseorang bisa tidur lagi. Pada jam bangun, kondisi seseorang sangat bagus lho, performa tubuh juga optimal. Dan katanya,segmented sleep inilah cara orang-orang dahulu tidur, sebelum masuk era industrialisasi. Saya sendiri sempet terpukau saat baca ini, teringat kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah tidur yaitu sholat malam. Dan ternyata, ada periode (kurleb jam 03.00-04.30) dimana seseorang akan mengalami ngantuk luar biasa karena adanya produksi progesteron besar-besaran. Hm, mungkin ini kenapa ada sunnah tidur sejenak antara shalat sunnah fajar dan subuh ya. Tapi perlu dipelajari juga sih terkait ini karena segmented sleep sendiri masih menuai pro dan kontra di kalangan para ahli. Dan ketika seseorang ingin menerapkan segmented sleep, harus siap dengan rasa lelah/ngantuk sementara sebagai pengaruh dari perubahan ritme sirkadian. (https://www.polyphasicsociety.com/polyphasic-sleep/overviews/segmented-sleep/amp/, https://www.nytimes.com/2016/04/03/magazine/letter-of-recommendation-segmented-sleep.html)

Jadi intinya? Yang jelas, untuk mengurangi ngantuk, saya harus tidur tepat waktu, mengurangi gadget sebelum tidur, saat siang sebisa mungkin terpapar matahari/cahaya, merapikan jadwal makan (ini bisa mempengaruhi ritme sirkadian juga lho), dan jika ingin lebih produktif, daripada begadang, mending lakukan segmented sleep. Dan jangan ngutang tidur. Kalo dipikir-pikir, solusi ini kayaknya saya udah tahu ya, tapi mana eksekusinya? *Seringkali jadwal emak-emak sulit diprediksi ya

Selamat tidur (eh?)

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

Serba serbi buku anak

Jadi (baru mulai cerita udah pake ‘jadi’ aja), cerita hari ini adalah tentang kegalauan Bunda dalam memilih-milih buku untuk Alby. Sebenernya pengen ga perlu milih sih, tapi apa daya namanya sumber daya kan terbatas ya (intip dompet). Ceritanya di salah satu grup lagi ada lapak jastip buku-buku anak. Udah pada tau kan kalo buku anak jaman sekarang (atau dari dulu ya, cuma bundanya aja yang kudet), itu gemes-gemesin banget. Kebayang tuh kalo pas masih kecil punya buku kayak gitu, pasti seneng banget. Nah ketahuan deh, sebenernya yang mau anaknya apa emaknya hehe. Padahal bocah mah yang penting warna bukunya ceria dan bisa disobek tentunya.

Balik ke topik jastip, setelah melihat-lihat buku yang tersedia, budget dan kemungkinan akan dibaca Alby atau tidak, jadinya Bunda baru beli satu dulu. Hiks, rada sedih sih, jadi sebagai hiburan, mending nulis tentang aneka fasilitas yang disediakan buku anak-anak dan sukses membuat ortunya mupeng juga. Oh iya, buku cerita dan ensiklopedi termasuk juga ya, walau tidak dicantumkan dalam list di bawah.

Disclaimer: semua foto diambil dari google ya, mohon maaf sumber asalnya tidak sempat dicantumkan

1. Boardbook

Buku yang bahannya tebal, dirancang khusus untuk menangani kemampuan anak-anak dalam merobek buku. Kokoh dan kuat.

2. Softbook, buku bantal

Nah berkebalikan dengan boardbook, softbook justru lunak, tapi tetap tahan sobek juga karena berbahan kain. Karena bahannya kain, jadi anti basah juga kalau digigiti anak. Maka buku model ini biasanya ditujukan untuk anak-anak di usia menggigit (bayi), sering dilengkapi juga bahan yang berbunyi ‘kresek-kresek’ saat diremas dan teether.

3. High contrast book

Buku-buku yang ditujukan untuk newborn. Ini dikarenakan di awal masa kehidupannya, penglihatan bayi amat peka terhadap warna-warna kontras.

4. Sound book

Buku yang kalo dipencet ada suaranya, biasanya pake batere. Semakin interaktif deh dalam sesi membaca bersama anak.

5. Pop up book

Buku super gemes buat saya karena bukunya bisa pop up dan muncul 3D saat dibuka. Walau saya yakin anak bakal gemes juga dan pengen nyabut-nyabut itu gambar pop up.

6. Touch and feel book.

Buku yang bertekstur sehingga memberi impresi menarik saat anak membaca. Alby sendiri sih menikmati banget saat memegang bulu binatang di bukunya sambil pengen ditarik.

7. Flip the flap book

Ada bagian dibukunya yang bisa kita ‘intip’. Jadi ada bagian yang bisa dibuka dan ada lembaran lain di balik bagian tersebut. Bagus untuk menjelaskan apa yang terjadi di balik suatu peristiwa.

8. Busy book, activity book

Buku super interaktif, biasanya banyak kegiatan di buku tersebut, mulai dari menempel dengan velcro, mengikat tali, merisleting dengan zipper, memindahkan, dan lain-lain jadi bisa dimodifikasi dari super simpel sampai super kompleks. Seru banget buat jadi DIY project ibu, membuat custom busy book untuk anaknya tentang aktivitas sehari- hari dari bangun tidur sampai tidur lagi. Oh iya karena interaktif ini, bisa digunakan juga untuk mengalihkan fokus si kecil saat rewel karena bosan (daripada disuguhin hape hehe)

9. Magnetic book

Tampaknya bagian dari activity book juga ya, jadi buku dilengkapi lembaran berbahan plat besi dan ada stiker magnet yang bisa ditempelkan. Pastinya membuat pengalaman membaca jadi tambah menarik.

10. Sticker book

Agaknya serupa dengan magnetic book ya, tapi bahannya berupa reusable sticker.

11. Wipe and clean book

Bukunya dilengkapi spidol sehingga anak bisa menandai hal tertentu dalam buku tersebut. Dan bisa dihapus lagi tentunya.

12. ‘See through glasses’ book

Ini sih istilahnya buatan saya sendiri, tapi intinya buku tipe ini menawarkan pemandangan baru saat dilihat melalui kacamata tertentu. Kalau jaman dulu kan ada ya buku 3D. Kini, ada juga lho buku yang bisa menggambarkan beberapa gambar berbeda jika dilihat melalui beberapa kacamat yang berbeda pula.

Nah, udah ikut mupeng bersama saya?
Selain untuk membersamai anak sendiri, tentu ada cita-cita membagikan keseruan pengalaman membaca tersebut kepada anak-anak lain. Semoga ada rezekinya untuk mengakses buku-buku tersebut dan mengajak anak mencintai literasi.

Semangat membaca.

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

Balada BB Anak

Duh anakku kurus banget gak ya? Normal gak sih?

Kayaknya topik BB (berat badan) bocah tuh termasuk isu yang selalu hangat diperbincangkan sepanjang masa ya.
Hayoo siapa buibu yang galau dengan BB anaknya?
Aku mengacungkan tangan.

Semenjak mulai makan, terlihat nyata bobot Alby mulai masuk periode stasioner. Tentu kenaikan mah ada, tapi jelas banget ga sebanding dengan kurva kenaikan berdasarkan bobot lahirnya. Dengan bobot lahir 3.5 kg dan panjang 50 cm, kini di usia 15 bulan Alby ‘baru’ berbobot 8.6 kg dan tinggi 76 cm #tutup buku KMS#duh siapa itu ya yang bilang kalo setahun harusnya 3 kali bobot lahir

Alby saat masih ASIX

Buntutnya dari BB anak yang ngepas adalah… galau. Galau karena anak tetangga yang semuran beratnya udah 10 kg, galau karena tiap kumpul saudara sering dapet komen ‘kok sekarang kecil badannya’, juga galau karena bahkan neneknya bilang ga tega dan minta Alby disana aja supaya keurusan makannya.

Sakitnya tuh … (Baper mah manusiawi ya kan)

Memang banyak juga sih yang menghibur dan bilang, “Gak papa kok kurus asal sehat”, “Ayah ibunya juga kurus, wajarlah anaknya kurus.” Tapi aku sebagai mahmud milenial, dengan akses informasi di ujung jari, tetap galau pastinya (haha). Kalau dua bulan keluar dari kurva kan seharusnya udah ke dokter ya. Dan sebenernya yang paling bikin khawatir adalah ancaman ‘stunting’ alias terhambatnya pertumbuhan karena kurang gizi.

Sesungguhnya konsultasi ke dokter pun bukannya ga dilakukan. Berhubung Alby sering sesak (virus induced bronchospasm kalau menurut dr. Fijri), jadi kunjungan ke dokter anak plus diuap turut jadi rutinitas. Seringnya sih dokter bilang wajar karena anaknya memang sedang sakit (salah juga ya konsul BB pas anak sakit), waktu sebelum setahun pun dianjurkan dokter untuk memaksimalkan pemberian ASI, kalau bisa disendok karena dot cenderung membuat anak merasa kenyang.

Nah sebenernya post hari ini mau menceritakan konsultasi gizi Alby bareng dr. Titis Prawitasari, sp.A.(K) yang praktek di RS herm**a depok. Sesungguhnya, dr. Titis ini bukan dsa nutrisi pertama yang kita temui, sebelumnya juga udah ke dokter Ani di RS herm**a grandwisata (dan waktu itu Alby emang dibilang gizi kurang T_T). Cuma berhubung di depok pengen juga konsultasi sama dokter lain, sambil mencari tahu penyebab lainnya BB Alby susah naik.

Daftar ke herm**a depok via apps (canggih banget kan), tapi pas sampai spot kudu konfirmasi lagi ke bagian informasinya (sempet pangling sih karena kalo di grandwis bisa langsung print nomor urut di mesin otomatisnya). Dan dapet snack juga lho disini. Tapi yang bikin siyok adalah menunggu antrian dokternya. Kita sampe jam 10 (dokter praktek dari jam 9) dan baru jam 13.30 masuk r. dokternya. Bukan karena rame sih, tapi karena per pasien itu periksanya bisa 15-30 menit (bahkan pasien persis sebelum Alby ada kali 1 jam konsulnya). Artinya oke kan ya penjelasan dokternya, karena lama waktu konsultasinya, tapi ya rada keliyengan aja nunggunya, Alby bolak-balik nyusu, tidur, makan snack selama periode tunggu ini.

Pas masuk, langsung cerita deh sama dokternya, susahnya menaikkan BB Alby. Cerita soal usaha yang udah dilakukan seperti makan hanya 30 menit (walau suka dilanggar kalo pas sama neneknya karena Alby bisa disuapin sampe 2 jam), menaikkan porsi makan, ditawarkan makan 2 jam sekali, kombinasi dengan susu kalori tinggi (nutrinidr**k), pemberian suplemen zat besi (sesuai saran pemakaian produknya) sampe sempet tes ISK dan diobati juga waktu itu.

Dokternya baik, gak menyudutkan ibu, dan yang terpenting memang penjelasannya detail. Pas ngeplot BB dan TB ke grow chart (dokternya pake grow chart WHO), dr. Titis gak bawa-bawa berat lahir lho. Pas cek BB, kalo gak salah Alby masuk mendekati 10% persentil bawah. Lebih kecil dari teman-temannya tapi masih oke menurut beliau. Untuk TB malah lebih bagus sudah mendekati median. Untuk TB 76 cm, BB Alby katanya tidak buruk tapi amannya memang di atas 9 kg. Tapi cukup lega karena dokternya positif sih pas mendeskripsikan Alby dan bilang kalo Alby sebenernya ya ga kurus-kurus banget.

Ada beberapa catatan sih terkait upaya untuk menaikkan BB Alby antara lain:
1. Bunda harus stop obsesi menaikkan porsi karbo buat Alby karena ternyata, rekomendasinya untuk nasi hanya 2-3 sdm sajah (Bunda syok, ngerasa bodor sendiri kok ga cari tahu tentang ini ya haha). Justru porsi protein harus ditambah kata beliau, 1/2 + 1/2, jadi dua jenis protein, masing-masing 1/2 porsi orang dewasa. Jangan lupa juga porsi lemak 1 sdt (ini sejauh ini diperhatikan sih, karena kebanyakan lauk Alby dimasak dengan digoreng).
2. Bunda harus belajar masak. Sempet cerita kalo Alby akhir-akhir ini suka ngelepeh kalo nasi, Bunda curiga lagi ga mau nasi dan turun tekstur ke bubur. Nah menurut dokternya, ini salah, kemungkinan besar anak lagi bosen dan butuh variasi rasa. Dokternya menyarankan menu lain seperti nasi goreng, gulai (Padahal belum pernah masak gulai seumur hidup haha). Cemilan tinggi kalori harus variasi kayak brownies, makaroni schottel, kroket, dll. Karena Alby suka cemilan kriuk jadi dokternya menyarankan tetep kasih makanan kriuk tapi yang tinggi protein biar kita tidak rugi. Sebenernya dari konsultasi ke dr. Ani pun Bunda udah tahu sih harus meningkatkan variasi makanan Alby, tapi belum optimal juga. Teguran lagi nih buat Bunda.
3. Atur porsi Nutrinidr**k. Menurut dr. Titis, porsi susunya kira-kira 500 ml per hari. Karena Alby masih menyusui di malam hari (asumsi adalah 200 ml), jadi susu 300 ml selama ini sebenernya cukup walau tampaknya memang ngepas. Nah bu dokter menyarankan takaran Nutrinidr**knya dijaga tetap 200 ml perhari. Selama ini sih karena tandem sama ASI, jadi kayak tergantung ASInya gitu lho, kalo dapet 200 ml, ya sufornya 100 ml. Nah ini kurang disarankan (Sedangkan saran dr. Ani adalah mengganti seluruh konsumsi susu siang hari dengan nutrinidr**k, ASI hanya malam hari, tapi Bunda belum tega). Sempet curhat juga kebiasaan Alby (atau Bundanya ini ya) yang disusui tiap tantrum. Bu dokter menyarankan mulai komunikasi penjadwalan menyusu ke Alby, mungkin Alby bakal heboh tapi ini cuma 3×24 jam maksimal kok. Sungguh ini PR paling berat buat bunda sih.
3. Dosis zat besi ditambah, tadinya 0.8 ml jadi 1 ml.
4. Bunda harus buat diari makan Alby, apa aja yang masuk dan jam berapa. Ini bakal harus dikomunikasikan ke daycare Alby juga.
Yang lain sih seperti tetep strict makan hanya 30 menit dan tawarkan makan 2 jam sekali. Dan tetep ajak anak untuk makan sendiri/ memegang alat makan sendiri (ujian kesabaran karena selama ini dipraktekkan dan berantakannya serumah-rumah). Pas bunda tanya perlu tes-tesan gak, dokter bilang belum perlu, tunggu kalo 2 atau 4 minggu lagi belum naik. Tinggal dikit lagi kok, kata dokternya dan Bunda pun semangat lagi.
Target Alby 200 gr untuk bulan depan walau 400 gr akan lebih oke lagi karena berarti sudah pada posisi aman.

Sehat-sehat terus ya Alby

Secara umum, seneng banget abis konsultasi ke dokter yang baik, recharge mood Bunda lagi juga untuk mendukung kenaikan BB Alby. Dan bisa dengan pede bilang, “Kata dokter anaknya, Alby masih normal kok”.

Bismillah.

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

(Super) Short Attention Span

Alias sulit fokus

Akhir-akhir ini, rasanya produktivitas diri ini pas bekerja turun drastis. Dan sebenernya udah tahu juga sih sebabnya, yaitu: tidak bisa berkonsentrasi.

Serius, susah banget.

Tiap lagi mengerjakan sesuatu di komputer, rasanya gatel banget pengen buka hape, buka OLshop, liatin apdetan orang-orang di medsos, pokoknya apapun selain kerja.
Akhirnya kemaren cari-cari buku yang direkomendasikan di goo*le play books. Dan nemuin buku yang menarik dan akhirnya di beli yaitu:
Find Your Focus Zone oleh Jo Lucy Palladino.

Dan buku ini terasa klik banget. (Padahal baru baca 1,5 bab). Bikin diri ini terus-terusan menyahut, “oh begitu”, “wah iya pantesan”, “jadi karena ini..”, dll.
Meyakinkan dan menawarkan jawaban dari masalah hidup saya saat ini (idih lebay kayak sales).
Seperti, kenapa saya suka ga fokus dan pengen pegang hape terus? Kenapa aku anaknya procrastination a.k.a suka nunda terus? Kok aku kalo multitasking kadang kerjaan cepet beres dan kadang malah ga dapet apa-apa sih?

Menurut penulis buku ini, fokus kita terkait dengan stimulus. Kita akan fokus secara optimal hanya saat takaran stimulusnya tepat. Saat stimulus kurang, adrenalin dikiit banget dan kita akan bosan. Saat stimulus berlebihan, adrenalin akan diproduksi kebanyakan dan kita akan hilang kontrol akan diri ini.
Nah makanya kadang multitasking akan membantu kita fokus. Misal pas lagi bosen ngolah data di excel, kita ambil makanan dan nyemil biar fokus lagi. It works, karena stimulus ditambahkan dan fokus kembali diraih.

Tapi kalo ga ati-ati, stimulus sampingan yang berlebihan (contoh: buka OLshop) malah bikin kita teralihkan dari pekerjaan utama kita. Iya, karena kegiatan baru itu jauh lebih menarik, dan membuat tujuan sejati kita malah tambah membosankan.

Tapi, pas kita ga fokus, jangan salah lho, bukan kita selalu sedang bosan. Justru bisa jadi kita sedang takut.
Inget kebiasaan lama, pas mau ujian, eh malah pengen beres-beres kamar, masak, pokoknya tiba-tiba banyak kerjaan bermanfaat yang lebih menarik? Atau pas berdebat sama orang gak bisa ngomong apa-apa, dan baru kepikiran jawaban yang okeh pas kejadiannya udah lewat?

Nah itu kejadiannya gegara si adrenalin ini over, otak jadi ngeblur. Hasilnya, ga fokus. Nah ternyata karena kita merasa ujian itu beban yang membuat diri ini takut dan mencari upaya untuk melarikan diri. Dan jawaban okeh itu, baru kita dapet pas pikiran kita tenang, dan adrenalin kembali normal. Tapi jangan salah, kondisi ga fokus karena hiperstimulus ini justru ga boleh disambi sama hal lain.

Menarik kan?

Jadi semangat untuk baca buku ini, karena terasa banget fokus daku akhir-akhir ini pendek banget udah kayak ikan mas. Sambil baca, sambil dipraktekkan juga nih, karena saya sudah tidak mampu baca buku tebal (non novel) karena fokus yang super pendek ini.

Bismillah.

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita

Adaptasi

Seminggu sekali dalam sebulan, adalah waktunya Alby, menghabiskan waktu di rumah neneknya. Artinya untuk Alby, tidak perlu menempuh perjalanan pp ke daycare dan bisa ditawarkan makanan sesering mungkin untuk boost BB-nya. Walau tujuan utamanya sih sebenernya, demi memenuhi rasa kangen neneknya untuk memomong cucu pertama ini.
Akan tetapi, minggu tersebut pula menjadi minggu yang berat untuk diri pribadi. Berangkat jam 5, berdesak-desakan penuh di kereta dari bogor, ganti kereta ke cikarang, terus naik ojek online ke kantor. Belum lagi kalau hujan. Dan pulangnya, sering juga tak dapat duduk hingga menikmati berdiri sampai manggarai. Berdiri sih masih oke sebenernya, tapi yang sering kali gak kuat adalah terhempas dan tergencet di kereta ke arah bogor. Rasanya kadang tuh ya, kayak tidak diperlakukan secara manusiawi. Belum lagi, kalau kereta cikarang, yang datengnya hanya sejam sekali, telat, rasanya gemasy gimana gitu.
Tapiii…
Entah mengapa, mengeluh tentang perjalanan naik kereta tuh rasanya kayak jadi orang paling manjah sedunia. Di kereta, bisa banget ngeliat ibu-ibu dengan bayi masih berdesak-desakan di kereta pada malem hari, kereta penuh padahal azan shubuh juga belum, orang-orang dengan bawaan super berat (semacam bawa kasur) di kereta yang kelewat penuh, anak sekolah yang subuh-subuh udah naik kereta buat sekolah, dan tentunya teman senasib sepenanggungan di kereta yang tidak pernah mengeluh sambil tetep adem main gawai.
Ketika kita, menjadikan hal yang berat menjadi rutinitas kita, sebagai bagian dari batu-batu langkah kita mencapai tujuan kehidupan, mungkin tidak ada lagi yang berat. Level penerimaan manusia ya mungkin bisa diatur sesederhana itu.
Jadi sekarang, daripada dongkol dimintai kursi pas dapet duduk, diri ini mending siap untuk menawarkan kursi pas udah duduk. Menyiapkan stok bacaan buat hiburan berdiri di kereta, serta stok sabaar pas didorong dan didempet orang dari berbagai arah.
Semoga kereta ini senantiasa selamat mengantarkan penumpangnya menemui orang-orang terkasih yang menunggu di rumah.

#TantanganRumlitIPBekasi

#DiariIbuProfesional

#CeritaIbu

#CeritaKeluarga

#CeritaKita