Duh anakku kurus banget gak ya? Normal gak sih?
Kayaknya topik BB (berat badan) bocah tuh termasuk isu yang selalu hangat diperbincangkan sepanjang masa ya.
Hayoo siapa buibu yang galau dengan BB anaknya?
Aku mengacungkan tangan.
Semenjak mulai makan, terlihat nyata bobot Alby mulai masuk periode stasioner. Tentu kenaikan mah ada, tapi jelas banget ga sebanding dengan kurva kenaikan berdasarkan bobot lahirnya. Dengan bobot lahir 3.5 kg dan panjang 50 cm, kini di usia 15 bulan Alby ‘baru’ berbobot 8.6 kg dan tinggi 76 cm #tutup buku KMS#duh siapa itu ya yang bilang kalo setahun harusnya 3 kali bobot lahir
Alby saat masih ASIX
Buntutnya dari BB anak yang ngepas adalah… galau. Galau karena anak tetangga yang semuran beratnya udah 10 kg, galau karena tiap kumpul saudara sering dapet komen ‘kok sekarang kecil badannya’, juga galau karena bahkan neneknya bilang ga tega dan minta Alby disana aja supaya keurusan makannya.
Sakitnya tuh … (Baper mah manusiawi ya kan)
Memang banyak juga sih yang menghibur dan bilang, “Gak papa kok kurus asal sehat”, “Ayah ibunya juga kurus, wajarlah anaknya kurus.” Tapi aku sebagai mahmud milenial, dengan akses informasi di ujung jari, tetap galau pastinya (haha). Kalau dua bulan keluar dari kurva kan seharusnya udah ke dokter ya. Dan sebenernya yang paling bikin khawatir adalah ancaman ‘stunting’ alias terhambatnya pertumbuhan karena kurang gizi.
Sesungguhnya konsultasi ke dokter pun bukannya ga dilakukan. Berhubung Alby sering sesak (virus induced bronchospasm kalau menurut dr. Fijri), jadi kunjungan ke dokter anak plus diuap turut jadi rutinitas. Seringnya sih dokter bilang wajar karena anaknya memang sedang sakit (salah juga ya konsul BB pas anak sakit), waktu sebelum setahun pun dianjurkan dokter untuk memaksimalkan pemberian ASI, kalau bisa disendok karena dot cenderung membuat anak merasa kenyang.
Nah sebenernya post hari ini mau menceritakan konsultasi gizi Alby bareng dr. Titis Prawitasari, sp.A.(K) yang praktek di RS herm**a depok. Sesungguhnya, dr. Titis ini bukan dsa nutrisi pertama yang kita temui, sebelumnya juga udah ke dokter Ani di RS herm**a grandwisata (dan waktu itu Alby emang dibilang gizi kurang T_T). Cuma berhubung di depok pengen juga konsultasi sama dokter lain, sambil mencari tahu penyebab lainnya BB Alby susah naik.
Daftar ke herm**a depok via apps (canggih banget kan), tapi pas sampai spot kudu konfirmasi lagi ke bagian informasinya (sempet pangling sih karena kalo di grandwis bisa langsung print nomor urut di mesin otomatisnya). Dan dapet snack juga lho disini. Tapi yang bikin siyok adalah menunggu antrian dokternya. Kita sampe jam 10 (dokter praktek dari jam 9) dan baru jam 13.30 masuk r. dokternya. Bukan karena rame sih, tapi karena per pasien itu periksanya bisa 15-30 menit (bahkan pasien persis sebelum Alby ada kali 1 jam konsulnya). Artinya oke kan ya penjelasan dokternya, karena lama waktu konsultasinya, tapi ya rada keliyengan aja nunggunya, Alby bolak-balik nyusu, tidur, makan snack selama periode tunggu ini.
Pas masuk, langsung cerita deh sama dokternya, susahnya menaikkan BB Alby. Cerita soal usaha yang udah dilakukan seperti makan hanya 30 menit (walau suka dilanggar kalo pas sama neneknya karena Alby bisa disuapin sampe 2 jam), menaikkan porsi makan, ditawarkan makan 2 jam sekali, kombinasi dengan susu kalori tinggi (nutrinidr**k), pemberian suplemen zat besi (sesuai saran pemakaian produknya) sampe sempet tes ISK dan diobati juga waktu itu.
Dokternya baik, gak menyudutkan ibu, dan yang terpenting memang penjelasannya detail. Pas ngeplot BB dan TB ke grow chart (dokternya pake grow chart WHO), dr. Titis gak bawa-bawa berat lahir lho. Pas cek BB, kalo gak salah Alby masuk mendekati 10% persentil bawah. Lebih kecil dari teman-temannya tapi masih oke menurut beliau. Untuk TB malah lebih bagus sudah mendekati median. Untuk TB 76 cm, BB Alby katanya tidak buruk tapi amannya memang di atas 9 kg. Tapi cukup lega karena dokternya positif sih pas mendeskripsikan Alby dan bilang kalo Alby sebenernya ya ga kurus-kurus banget.
Ada beberapa catatan sih terkait upaya untuk menaikkan BB Alby antara lain:
1. Bunda harus stop obsesi menaikkan porsi karbo buat Alby karena ternyata, rekomendasinya untuk nasi hanya 2-3 sdm sajah (Bunda syok, ngerasa bodor sendiri kok ga cari tahu tentang ini ya haha). Justru porsi protein harus ditambah kata beliau, 1/2 + 1/2, jadi dua jenis protein, masing-masing 1/2 porsi orang dewasa. Jangan lupa juga porsi lemak 1 sdt (ini sejauh ini diperhatikan sih, karena kebanyakan lauk Alby dimasak dengan digoreng).
2. Bunda harus belajar masak. Sempet cerita kalo Alby akhir-akhir ini suka ngelepeh kalo nasi, Bunda curiga lagi ga mau nasi dan turun tekstur ke bubur. Nah menurut dokternya, ini salah, kemungkinan besar anak lagi bosen dan butuh variasi rasa. Dokternya menyarankan menu lain seperti nasi goreng, gulai (Padahal belum pernah masak gulai seumur hidup haha). Cemilan tinggi kalori harus variasi kayak brownies, makaroni schottel, kroket, dll. Karena Alby suka cemilan kriuk jadi dokternya menyarankan tetep kasih makanan kriuk tapi yang tinggi protein biar kita tidak rugi. Sebenernya dari konsultasi ke dr. Ani pun Bunda udah tahu sih harus meningkatkan variasi makanan Alby, tapi belum optimal juga. Teguran lagi nih buat Bunda.
3. Atur porsi Nutrinidr**k. Menurut dr. Titis, porsi susunya kira-kira 500 ml per hari. Karena Alby masih menyusui di malam hari (asumsi adalah 200 ml), jadi susu 300 ml selama ini sebenernya cukup walau tampaknya memang ngepas. Nah bu dokter menyarankan takaran Nutrinidr**knya dijaga tetap 200 ml perhari. Selama ini sih karena tandem sama ASI, jadi kayak tergantung ASInya gitu lho, kalo dapet 200 ml, ya sufornya 100 ml. Nah ini kurang disarankan (Sedangkan saran dr. Ani adalah mengganti seluruh konsumsi susu siang hari dengan nutrinidr**k, ASI hanya malam hari, tapi Bunda belum tega). Sempet curhat juga kebiasaan Alby (atau Bundanya ini ya) yang disusui tiap tantrum. Bu dokter menyarankan mulai komunikasi penjadwalan menyusu ke Alby, mungkin Alby bakal heboh tapi ini cuma 3×24 jam maksimal kok. Sungguh ini PR paling berat buat bunda sih.
3. Dosis zat besi ditambah, tadinya 0.8 ml jadi 1 ml.
4. Bunda harus buat diari makan Alby, apa aja yang masuk dan jam berapa. Ini bakal harus dikomunikasikan ke daycare Alby juga.
Yang lain sih seperti tetep strict makan hanya 30 menit dan tawarkan makan 2 jam sekali. Dan tetep ajak anak untuk makan sendiri/ memegang alat makan sendiri (ujian kesabaran karena selama ini dipraktekkan dan berantakannya serumah-rumah). Pas bunda tanya perlu tes-tesan gak, dokter bilang belum perlu, tunggu kalo 2 atau 4 minggu lagi belum naik. Tinggal dikit lagi kok, kata dokternya dan Bunda pun semangat lagi.
Target Alby 200 gr untuk bulan depan walau 400 gr akan lebih oke lagi karena berarti sudah pada posisi aman.
Sehat-sehat terus ya Alby
Secara umum, seneng banget abis konsultasi ke dokter yang baik, recharge mood Bunda lagi juga untuk mendukung kenaikan BB Alby. Dan bisa dengan pede bilang, “Kata dokter anaknya, Alby masih normal kok”.
Bismillah.
#TantanganRumlitIPBekasi
#DiariIbuProfesional
#CeritaIbu
#CeritaKeluarga
#CeritaKita